Cuap-Cuap #10 : Pegang Erat sahabatmu. . .



(source: unsplash.com/Jennifer Burk)


Assalamu’alaikum. . .

Ohaaa? Haha bukan pagi lagi yak?

Iyee gua tau ini malem jam 21.00 wib. Gua bongkar-bongkar gallery dan terselip folder ‘Pahat(Lapak_Curhat)’. So gua buka foldernya, ada sekitar 11 word dan ketika dibuka, taraaaa. Diprivate.

Sangking penasaran gua cari cara gimana ngebuka tuh file supaya gua bisa baca isinya. Dan setelah sekian lama akhirnya kebuka juga. Horayyy.

Dari semua isi curhatan yang udah gua tulis, dominan sedihnya. Mungkin gua terlahir untuk merasakan sedih yang teramat ya?

Gua ngebaca satu curhatan dimana itu terjadi di kelas XII (waktu itu gua masih kelas X). Gua inget itu Hari Rabu karena waktu itu kita bolos rohis (rohani Islam). Jadi ceritanya gini :

Waktu itu Rabu, 2011 setelah pulang sekolah aku dan sahabatku melaksanakan Ibadah zuhur di mesjid sekolah dan melanjutkan dengan makan. Pada hari itu, semua siswa muslim DIWAJIBKAN untuk mengikuti Rohis setelah pulang sekolah. Aku yang udah badmood dan tidak mempunyai semangat, mengajak sahabatku melakukan kegiatan yang tidak terpuji yaitu bolos. Dan dia menyanggupi.

Aku membawanya keluar kelas, kemudian kita sama-sama mencari kelas kosong dan ternyata kelas XII Ipa 1 kosong. Aku membawa sahabatku kesana, dan menutup serta mengunci pintunya. Kami mengambil kursi dan diletakkan berhadap-hadapan didepan deket papan tulis. Suasana waktu itu sunyi dan ngga ada siswa yang lalu lalang didepan kelas XII IPA 1 ini karena memang kelasnya dipojok.

Dan kemudian tanpa aba-aba aku menangis sejadi-jadinya (memalukan). Aku menceritakan semua masalahku dengan terisak. Aku menangis karena waktu itu aku menghadapi beban/tekanan yang sangat besar mengenai rumah (read : keluarga).

Masalah keluarga memang selalu menjadi masalah yang paling banyak menguras energi dan air mata. Dan yaah, mungkin dia kaget melihatku begini tapi dia kemudian memberikanku pundaknya sebagai tempat bersandar dari semua penat yang ku alami. Dia tempat aku mengeluarkan segala keluh kesah waktu itu. Dia yang mau kuajak bolos rohis yang (wajib) hanya demi mendengarkan ceritaku.

Aku yang pura-pura kuat didepan teman teman sekelasku,pura-pura melakukan apapun tanpa malu-malu sampai salah satu temanku mencapku sebagai “muka tembok” which means tidak tau malu mendadak rapuh kala itu. Waktu itu aku tak ingat banyak, yang kutau dia tersenyum dan memberikanku beberapa nasihat/maybe kata-kata penghiburan agar aku tak bersedih lagi.

Itulah mengapa sampai sekarang aku bersyukur memiliki sahabat seperti dia, yah walaupun dia tukang marah-marah, tukang ngatur, agak gila (lol) dsb. Tak apa, dia orang pertama yang memberikanku pundak untuk bersandar. Terima kasih banyak.


Comments

Popular posts from this blog

Cuap-Cuap #17 : It’s All About Him.

Cuap-Cuap #16 : Menikah?

Cuap-cuap #13 : Tagar Tenyearschallenge & Salah Jurusan?