Cuap-Cuap #16 : Menikah?
(source:instagram.com/inspirasiwalimahsyari) |
Assalamu'alaikum. . .
*notif
wa masuk*
Ternyata
dari temen. Eh grup kelas SMP ada yg ngechat nih :
A :
si X kapan nikah?
B :
gatau sekitar bulan 2 atau 3
C :
si Y kapan nyusul?
Aku
tersenyum sejenak membaca percakapan barusan. Kemudian langsung mematikan mobile data ku (agar tidak ada gangguan)
dan beranjak untuk menulis. Hahaha aku sudah terbiasa menjadi silent reader kok di grup tersebut.
Lagi
musim-musimnya nikah nih, buat
kelahiran tahun 90 an. Nah, aku sendiri sudah memiliki usia yang telah memasuki
golden age untuk menikah. Lalu, apakah aku udah siap menikah? Gimana
pandanganku tentang pernikahan? Aku menatap lampu ala ala tumblr yang bertuliskan 'dream'
di dinding kamarku istanaku. Sambil berkhayal tentunya.
Pagi itu, dihari minggu yang cerah, seorang anak perempuan berusia sekitaran 5 atau 6 tahun sedang asyik-asyiknya mencuci baju (rajin amat euy) barbie buatannya (yaelah) tak lupa pula baju bawaan dari barbie tersebut.
Satu jam kemudian, waktu menunjukkan pukul 11 siang. Anak itu selesai dengan aktivitas mencuci + menjemur. Dia kembali ke ruang tv untuk melihat boneka barbie yang ia tinggalkan disana. Diruang tv, ada boneka barbienya yang tergeletak tanpa busana, ada adik laki-lakinya yang sedang bermain mobil-mobilan dan ada ayahnya yang sedang terlelap.
Niatnya sih, dia mau melanjutkan permainan barbienya, sampai akhirnya dia sadar bahwa semua baju barbienya lagi dijemuran. Alhasil, dia menyimpan barbienya dan mengeluarkan kotak sepatu berisi boneka bepe (tau ngga sih?). Sang Adik yang melihat kakaknya mengeluarkan boneka bepe, langsung antusias untuk ikut bermain.
Si kakak tidak membolehkan adik laki-lakinya bermain boneka bepe karena mainan tersebut hanya untuk anak perempuan. Si adik kesal dan melanjutkan permainan mobilnya sampai waktu menunjukkan pukul 11.50 siang.
Si ibu yang lagi berkutat didapur, akhirnya selesai dengan hidangan yang menggugah selera diatas meja makan. Hidangan tersusun rapi sebelum dimakan. Si ibu berniat membangunkan ayah untuk makan siang. Panggilan pertama ayah diam saja. Panggilan kedua ayah mungkin tetap diam. Panggilan ketiga ayah bangkit dari tidurnya ke arah meja makan.
Tanpa diduga, si ayah langsung membalikkan meja makan yang terbuat dari kayu tersebut ke lantai. Semua hidangan yang tersusun rapi diatas meja jatuh kelantai. Dapur berantakan. Si kakak yang sedang bermain boneka bepe kehilangan tawanya karena melihat kejadian tersebut.
Si ayah dan Ibu saling cekcok ,tapi anak perempuan itu tak mengerti apa yang mereka ucapkan. Wajar saja, karena ia belum genap berusia 6 tahun. Ia hanya kaget melihat kedua orang tuanya saling membentak.
Si ibu lari kekamar, disusul oleh anak perempuan itu sampai didepan pintu. Dia melihat ibunya memasukkan baju dari lemari kedalam sebuah tas besar sambil meneteskan air mata. Dia tidak mengerti ada apa dengan hari minggu itu. Kemudian ayahnya datang dan melemparkan tas besar tersebut beserta baju-bajunya kelantai.
Mereka saling membentak lagi. Anak perempuan itu menangis dan membawa adiknya jauh dari kamar. Mereka berdua menutup telinga sambil menangis dan berjanji untuk melupakan kejadian tersebut.
Berdasarkan cerita diatas, you get my point?
Ya,
pernikahan itu bukanlah suatu hal yang enaknya saja. Ngeliat pasangan halal di instagram bawaannya baper pengen cepat
nikah tapi persiapan setengah-setengah. Ilmu masih cetek banget, ego masih
mendominasi. Mau dibawa kemana pernikahan yang seperti itu?
Pernikahan
itu bukan tentang mempersatukan dua sejoli saja, akan tetapi hubungan antara
satu keluarga dengan yang lainnya. Gimana cara kita memperlakukan orang lain
yang masuk ke dalam kehidupan kita, gimana cara kita menghadapi orang-orang yang
tidak sependapat dengan kita, dan lain-lain.
Kalau
menurut ust. Felix Siauw sih, Tanda seseorang itu siap menikah itu ada 3, just check this out :
1.
Kesiapan fisik
Apakah
dia sudah baligh, sudah memiliki harta yang cukup, sudah bisa berhubungan
biologis, dan lain sebagainya.
2.
Kesiapan agama/ Tsaqofah
Apakah
dia sudah memiliki visi dalam hidup, apa dia sudah mempunyai Ilmu yang cukup
untuk menikah.
3.
Kesiapan mental/emosional
Apakah
secara emosional sudah matang? Bisa menerima orang lain. Tidak bersikap egois
dan individualis, dan lain-lain.
Dari
kesiapan fisik sih InsyaAllah siap.
Sedangkan yang kedua dan ketiga? Saya masih ragu. Masih banyak hal yang saya
takutkan/khawatirkan ketika memikirkan si calon pendamping hidup.
- Saya
takut mendapat seorang yang ringan tangan (dalam arti negatif).
- Saya
takut mendapat seorang yang ngga
menerima saya apa adanya disaat saya menerima dia apa adanya.
- Saya
juga takut mendapatkan seorang yang yaa (nggabisa diajak susah?) I mean saya aja bisa kuat berpuasa
dengan sahur air putih saja, saya takut entar dapet pendamping hidup yang
gabisa makan itu harus makan ini. Kan ribet. Hmm.
- Dan
yang saya takutkan, ketika saya mendapatkan laki-laki yg tidak bertanggung
jawab atas saya dan keluarganya dan ngga bisa membimbing ke syurganya Allah.
Serem ga tuh?
Iya
iya, itu semua hanya ketakutan saya aja.
Nikah
itu bukan secepatnya tapi setepatnya. Emang sih nikah itu enak (katanya loh ya, kan saya
belum pernah). Ada pendamping hidup yang setia menemani baik dalam suka
maupun duka (eaaa). Tapi, dibalik itu, ada suatu kehidupan yang mesti dijalani
oleh dua insan yang berbeda pikiran menjadi satu visi yang harus diwujudkan
dalam bentuk keluarga. Jadi harus siap.
Ketika
keluarga harus diwujudkan dalam setiap impian semua orang menjadi keluarga
sakinah, mawaddah, warahmah. (dan itu tidaklah mudah).
Play Emperor Casino Online and Win Real Money
ReplyDeleteVisit one of the most popular casino sites on this list for an in-depth 카지노사이트 look at the best online casino and win real money. No deposit 메리트 카지노 bonuses, free spins 제왕카지노 and