Cuap-Cuap #4 : Merindu dosa?

 

Malam ini Minggu 7 okt 2018 pukul 12.27 AM. Aku terbangun ketika aku sadar bahwa tiba-tiba aku menangis karena merindukan seseorang yang dulunya dekat denganku. Ya aku sangat sangat sangat merindukan dirinya sampai sampai aku menyebutkan nama dia didalam tidurku namun aku sadar. 

Ada apa ini? Aku tau dia udah "punya urusan lain" yang tidak seharusnya aku campuri. Aku cukup tau diri untuk tidak sekedar membalas chat darinya. Aku cukup sadar tidak seharusnya aku merindukan dia. Karena aku tau dia tak ada lagi untukku. Untuk kamu dimanapun kamu berada aku harap kamu selalu mengingat Allah, jangan tinggalkan tanggung jawab, jangan dzolim terhadap orang lain.
     
Andai kamu tau kenapa sampai saat ini aku tidak pernah mengucapkan kata yang sangat ingin kau dengar dariku yaitu kata "sayang" (agak berlebihan ya). Karena belum waktunya aku harus menyebutkan kata itu. Andai kau tau bahwa sebenernya aku sangat ingin sekali mengucapkan kata itu khusus untukmu tapi aku harus menunggu waktu. Andai kau tau kenapa aku tak pernah mau mengirim fotoku ketika kau minta, karena aku sadar kita tak pantas melakukan hal itu. 

Akan kujaga diriku sampai seseorang yg istimewa menjemputku dari rumah org tuaku untuk dijadikannya pendamping hidup. Andai kau tau aku harus berulang kali mengingatkan diriku untuk tidak terbawa suasana "baper" yang mengakibatkan dosa untuk aku dan kamu. Andai kau tau seberapa sering aku mengingatkan diriku sendiri untuk tidak membalas chat darimu yg notabene kita bukan mahram namun berakhir dengan aku membalas chatmu. Andai kau tau itu semua tapi sayangnya tidak. Malam ini aku merindukanmu. Sungguh. 

Alhamdulillah, maha besar Allah telah menyadarkan ku untuk segera mengakhiri hubungan yang "kurang pantas" ini. Aku harap kau mengerti dan menerima semua keputusanku. Ngga muna sungguh aku pernah merasakan bahagia dengan hubungan ini walaupun kita ketemu cuma sekali atau dua kali setahun. 

Tapi disetiap aku bahagia karenamu, terselip rasa "takut" yang membuatku tiba-tiba kehilangan bahagia itu. Ternyata hatiku tidak bisa dibohongi dengan racun bahagia. Sungguh aku juga makhluk-Nya dengan nafas dari-Nya, tak mungkin aku bisa melawan. Akhirnya kupilih Dia yang selalu ada untukku. Dia yang selalu mengerti aku. Dia yang telah memberikan nafas kehidupan untukku sampai saat ini. Aku bergantung dari-Nya. Aku tidak mau menjauh dari-Nya lagi. Maafkan aku ya Rabb.

Don't worry, aku cuma kangen kamu untuk malam ini aja. Aku janji, sebisa mungkin bakal kujaga hatiku agar tidak merindukanmu lagi. Itu kan keputusan yang kita buat?

Kamu tau? Aku ngetik ini sambil nangis (alay ya). Salah satu kodrat manusia adalah rasa suka/cinta. Ya aku pernah suka denganmu. Dan kamu sekarang dengan org lain, aku tak protes. Aku tau itu bahagiamu. Bahagiaku berbeda denganmu. Untuk itu aku mundur dari semuanya. Aku buat keputusan untuk tidak menghubungi kamu sampai waktu yang tepat. 

Aku harap keputusan ini tepat. Karena aku harus berfikir ribuan kali sebelum melakukan ini dengan mengesampingkan nafsu dan keinginanku semata. Ah, mengapa aku mellow seperti ini. Sungguh, lebih banyak masalah besar yang harus difikirkan daripada masalah hati. Setidaknya aku done dengan masalah hati. Merindumu dikejauhan yang tak pasti.


Comments

Popular posts from this blog

Cuap-Cuap #17 : It’s All About Him.

Cuap-Cuap #16 : Menikah?